Sinopsis :
Bercerita tentang seorang anak gadis kecil yang dididik
ketat oleh ibunya agar masuk ke Werth Academy, sekolah elit di kota mereka.
Namun sayangnya, si gadis kecil gagal melalui tesnya. Tapi sang Ibu tidak
menyerah, selama musim panas dia dan anaknya pindah ke rumah baru yang dekat dengan Werth Academy
dan mempersiapkan anaknya dengan lebih ketat lagi agar bisa masuk ke sekolah tersebut pada pendaftaran berikutnya setelah musim panas. Di rumah baru mereka sang Ibu membuat perencanaan yang sangat detail berupa kegiatan yang harus dilakukan anaknya setiap detik, menit, jam, hari, pekan, dan bulan, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dan semua perencanaan itu ditempel di dinding rumah baru mereka.
Tapi ternyata mereka memiliki tetangga yang nyentrik, seorang kakek dengan rumah unik dan memiliki hobi yang aneh-aneh. Hingga pada suatu hari, si gadis kecil secara tidak sengaja melihat
halaman belakang rumah kakek tersebut yang ternyata sangat indah, dia begitu takjub dengan segala macam hal yang
ada di sana. Mulai saat itu, hampir tiap hari dia mulai sering mampir ke sana
dan melalaikan tugas-tugas yang sudah dijadwal oleh ibunya. Dan Si Gadis Kecil
makin tertarik ke rumah tetangganya itu karena Si Kakek selalu menceritakan
kisah “The Little Prince” secara bersambung yang begitu memikatnya.
Review :
The Little
Prince diadaptasi dari novel berbahasa perancis yang memiliki judul asli Le
Petit Prince.
Novel ini
ditulis oleh Antoine de Saint-Exupery dan telah dicetak hingga 145 juta kopi
sejak ketika pertama kali diterbitkan tahun 1943.
Terus
bagaimana dengan versi filmnya ini? Well…………… I think I’m falling in love with
this movie! Saya sangat suka dengan film ini. Saya mulai tertarik dengan film ini pas liat posternya yang cantik dan mulai jatuh cinta begitu liat trailernya yang begitu menyentuh, bahkan saya pernah liat di youtube ada yang sampai nangis ketika menonton trailernya.
Sampai puncaknya saya makin cinta ketika saya menonton filmnya kemarin. The Little Prince begitu indah,
cantik, menyentuh, menginspirasi, punya pesan yang sangat dalam, dan masih
banyak lagi kata-kata yang ada di kepala saya untuk menggambarkan film animasi
ini. The Little Prince memiliki banyak pesona yang akan saya coba ceritakan di sini.
Kita mulai dari kualitas naskah.
Naskah yang
ditulis oleh Irena Brignull dan Bob Persichetti ini sangat brilian. Udah nonton
film “Inside Out”? Di Inside Out kita dibawa untuk memahami kondisi psikologis
manusia dengan menggunakan karakter, simbol, dll. Begitu juga dengan The Little
Prince, kita akan dibawa untuk sadar dan memahami kehidupan kebanyakan orang
dewasa saat ini dengan menggunakan karakter, simbol, dll juga. Sangat menarik!
The Little
prince terutama akan menyentil para orang tua yang keras dalam mendidik
anaknya, yang ingin anaknya menjadi ini itu tanpa memperhatikan keinginan dan
potensi sebenarnya dari anak mereka. Dan juga The Little Prince akan menyentil
kebanyakan orang dewasa yang seiring bertambahnya usia mereka, mereka
kehilangan “keindahan” yang pernah mereka miliki waktu mereka masih anak-anak.
Cuman naskah
yang memikat ini agak sulit dipahami terutama untuk anak-anak karena analogi
yang digunakan cukup rumit. Well ini bisa jadi kekurangan dan kelebihan The
Little Prince. Menjadi kekurangan karena
filmnya dibuat dengan format animasi yang peminatnya tentu sebagian besar
adalah anak-anak. Dan menjadi kelebihan karena sekarang ini film animasi juga digemari oleh penonton dewasa. Tentunya dari pihak pembuat film akan membuat
film animasi yang bisa menggaet para penonton dewasa, dengan apa? Salah satunya
dengan kualitas naskah yang baik dan tidak ecek-ecek. Karena biasanya para penonton
dewasa agak milih-milih ketika mau menonton film animasi karena takut filmnya terlalu
“anak-anak”.
Sebenarnya sih The Little Prince awalnya memang ditujukan untuk orang dewasa, itu bisa kita lihat
di dalam lembar persembahan dalam novelnya yang ditulis oleh Antoine de
Saint-Exupery,"Kepada anak-anak aku mohon maaf karena mempersembahkan buku
ini kepada orang dewasa… Semua orang dewasa pernah menjadi anak-anak. (Sekalipun
hanya sedikit yang ingat)."
Untuk visual
bagaimana? Bukan Pixar atau Dreamworks yang berada di balik pembuatan film
animasi ini, melainkan On Animation Studio yang baru pertama kali saya dengar
namanya. Walaupun begitu, kualitas animasi yang ditampilkan tidak kalah dengan
dua nama besar studio animasi tersebut, malah ada yang mengatakan cerita dan
animasi The Little Prince memiliki “rasa” Pixar di dalamnya dan saya cukup
setuju dengan itu.
Tapi
tentunya dong The Little Prince memiliki perbedaan dari film-film animasi
sebelumnya, yaitu di sebagian besar filmnya juga menggunakan teknik stop motion
yang tentunya menambah kaya warna di film ini. Kombinasi animasi 3D dan Stop
motionnya sangat memanjakan mata saya sepanjang film diputar.
Dan ada satu lagi
yang melengkapi kekuatan visual The Little Prince. Apa itu? Seperti yang kita
lihat di trailernya, The Little Prince memiliki sinematografi yang sangat
indah, saya biasanya tidak memperhatikan aspek ini ketika menonton sebuah film animasi,
tapi pengecualian untuk The Little Prince. Sinematografi yang digunakan
sangat memikat, bagaimana tone warna dan angle kamera begitu indah di mata saya.
So, untuk visual
The Little Prince sangat memuaskan (y)
Terus
apalagi yang menjadi kekuatan The Little Prince? Sebenarnya ini sudah saya duga
bakal jadi kekuatan di film ini ketika melihat trailernya, yaitu Music Score-nya.
Yup, Scoring film ini begitu memanjakan telinga, dan tentunya membuat saya makin hanyut ke dalam filmnya. Setiap emosi yang berusaha
ditampilkan di film semakin terasa karena scoringnya begitu mendukung setiap scene yang ada.
Dan saya
tidak heran begitu tahu siapa komposer yang bertanggung jawab dalam membuat
music score nya. Dia adalah Hans Zimmer! Maestro music score di dunia perfilman. Siapa yang tidak terbawa ketika menonton The Lion King, Inception, ataupun
Interstellar yang mana Hans Zimmer lah yang mengaransemen scoringnya.
The Little Prince semakin melengkapi CV yang dia
memiliki sebagai maestro dalamnya membuat music scoring.
Terakhir
apresiasi patut diberikan kepada sang sutradara, Mark Osborne. Keahliannya
dalam menggarap film animasi memang tidak perlu diragukan lagi. Sebagaimana
sebelumnya dia berpengalaman dalam mengarahkan film "The SpongeBob SquarePants
Movie" dan "Kung Fu Panda". Dan dia semakin matang dalam menggarap film animasi, terbukti dengan film The Little Prince di mana dia berhasil memaksimalkan setiap elemen yang ada. Two thumbs up buat Mark Osborne!
Well, The
Little Prince adalah salah satu film animasi unggulan di tahun ini. Dan saya rasa film
ini bakal bersaing dengan Inside Out di Oscar nanti.
The Little
Prince memiliki pesan, “Walaupun kita sudah jadi dewasa, jangan lupa kita
pernah jadi anak-anak. Jangan biarkan usia kita yang bertambah akan menghapus
imajinasi, kreativitas, dan keindahan yang kita miliki waktu kita masih kecil.”
I give 9/10 for THE LITTLE PRINCE !
Komentar
Posting Komentar