Langsung ke konten utama

REVIEW - BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA (2015)



Poster Bulan Terbelah di Langit Amerika
"Will the world be better without Islam?"


Sinopsis :
Bulan Terbelah di Langit Amerika melanjutkan kisah perjalanan Hanum dan Rangga yang sebelumnya telah menemukan cahaya Islam di "99 Cahaya di Langit Eropa". Kali ini mereka berkesempatan untuk membela islam di Amerika, di mana kuatnya islamophobia di sana setelah tragedi 9/11.

Review :
Masih ingat sekitar 1 atau 2 tahun yang lalu, saya membaca novel Bulan Terbelah di Langit Amerika, dan saya terpukau bahkan sampai menangis membacanya. Tentunya saya berharap novel karya Rangga Almahendra dan Hanum Salsabiela Rais ini dapat diangkat ke layar lebar seperti novel mereka sebelumnya, "99 Cahaya di Langit Eropa". Tak perlu menunggu waktu lama, keinginan saya terwujud, film Bulan Terbelah di Langit Amerika akhirnya dibuat dan sudah beredar di bioskop-bioskop tanah air.

Abimana Aryasatya

Di film ini kita akan menemukan emosi yang berbeda dari film "99 Cahaya di Langit Eropa", jika di film tersebut kita akan dibawa menemukan jejak islam dengan cara yang menyenangkan dengan bumbu drama yang kuat, di Bulan Terbelah di Langit Amerika kita akan merasakan emosi yang mencekam, menegangkan, tapi tetap dengan sentuhan humor yang bisa menurunkan tensi tersebut.
Kenapa bisa begitu? karena cerita di dalam novelnya memang lebih kelam dan emosional, ini juga bisa dilihat dari poster film dan cover bukunya. Kadar islamophobia di Amerika yang lebih tinggi dari Eropa juga menyebabkan emosi cerita menjadi seperti itu. Sehingga semua aspek teknisf ilm akan digunakan untuk mendukung bagaimana esensi cerita tersebut, mulai dari sinematografi, scoring, dll.

Nino Fernandez

Jika Rizal Mantovani menyutradarai suatu film, hampir bisa dipastikan kita akan disuguhi sinematografi yang menawan, seperti di filmnya "5 CM", "Supernova", dan tentunya juga dalam film "Bulan Terbelah di Langit Amerika"nya ini. Sinematografinya sangat memanjakan mata, mulai dari angle, tone warna, dll. Bahkan sempat sesaat saya merasa sedang menonton film luar bukan film Indonesia. Saluuut! Saya sangat suka jika film Indonesia memperhatikan teknis ini. Keahlian Rizal Mantovani yang dulunya dikenal sebagai sutradara video klip, di mana sering membuat visual yang enak diliihat, ternyata sangat berguna baginya ketika beliau duduk sebagai sutradara sebuah film.

Scoring yang dibangun pun cukup mendukung. Saya sempat tersenyum simpul ketika ada satu scene yang music scorenya adalah sebuah lagu, saya jadi seperti menonton sebuah video klip dari seorang penyanyi, well itu gak masalah sih karena dieksekusi dengan baik, mengingat Rizal Mantovani memang juga dikenal ahli sebagai sutradara video klip dari penyanyi atau band seperti yang saya sebutkan sebelumnya.

Acha Septriasa


Bagaimana dengan akting para pemainnya? Di sini kita akan bertemu 3 alumni karakter "99 Cahaya di Langit Eropa", yaitu ada Rangga (Abimana Aryasatya), Hanum (Acha Septriasa), dan Stefan (Nino Fernandez). Ketiganya bermain dengan baik. Chemistry antara Abimana dan Acha sangat baik sekali sebagai sepasang suami-istri. Dan saya rasa para penonton akan suka dengan karakter Stefan, karena dia jadi pusat humor di film ini dengan sering menimbulkan kelucuan dari dialog maupun tingkah lakunya.
Selain mereka ada juga Hannah Al Rashid, Rianti Cartwright, dll. cuman ada beberapa aktor dan aktris lain yang bermain yaaa bisa dikatakan masih kaku, tapi bisa dimaklumi karena mungkin mereka masih baru.

Kalau kekurangannya gimana? Ada nggak? Sebagai pembaca novel sebenarnya saya masih kurang dengan filmnya, karena banyak hal-hal yang ada di dalam novel tapi tidak ada di filmnya, padahal menurut saya hal-hal tersebut sangat bisa memperkuat emosi ceritanya. Yaa, ini seperti menjadi masalah yang lalu-lalu ketika ada sebuah film yang diadaptasi dari novel, pasti sering mengalami hal seperti ini. Tidak ada yang bisa disalahkan karena tidak mungkin juga semua poin yang ada di dalam novel diangkat ke versi layar lebarnya yang tentunya memiliki kebatasan di sana-sini.

Rianti Cartwright


So, Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah salah satu film yang berkualitas tahun ini dan juga memiliki pesan yang sangat kuat terutama untuk muslim di seluruh dunia. Sebagai muslim kita harus bisa menjawab tidak dengan pertanyaan, "Will the world be better without Islam?"

Saya kasi nilai 8,5/10 untuk film ini (y) Recommended!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW - CATCH ME IF YOU CAN (2002)

                                                         "Frank never went to flight school,        Frank never went to medical school,        Frank never went to law school,        ........ Because Frank is still in high school"                                                      Hahaha! kata-kata yang muncul di trailer "Catch Me If You Can" tersebut menunjukkan bagaimana kehebatan Frank Abagnale Jr. dalam melakukan aksi penipuannya. Bayangkan dia bisa jadi pilot, dokter, bahkan pengacara tanpa pernah sekolah di ketiga bidang tersebut, terlebih lagi mengetahui kalau dia masih bocah yang duduk di bangku SMA! Film ini sebenarnya udah lama keluar, tahun 2002. Tapi saya baru menontonnya beberapa waktu yang lalu karena dapat rekomendasi dari teman yang juga pecinta film. Saya langsung tertarik pas liat poster filmnya yang menunjukkan kalau Leonardo DiCaprio dan Tom Hanks yang jadi pemeran di dalamnya. Siapa yang tidak tergiur

REVIEW - IDENTITY (2003)

Sinopsis : Bercerita tentang 10 pengunjung motel dengan latar yang berbeda-beda. Mereka mengunjungi motel tersebut karena akses jalan di kota itu tertutup oleh banjir yang disebabkan hujan deras. Namun, pilihan mereka berbuah petaka, tiba-tiba satu per satu dari mereka mati secara misterius dan meninggalkan nomor dari angka 10, 9, 8, dan seterusnya seperti sebuah hitungan mundur. Apa yang terjadi? Siapakah pembunuhnya? Apakah orang lain atau salah satu di antara mereka? Review : Identity memiliki premis cerita yang sangat menarik. Itulah mengapa saya begitu penasaran dengan film ini. Lalu apakah eksekusinya berhasil? Dan bisa saya katakan, film ini sangat berhasil membuat premis ceritanya menjadi jalinan plot yang begitu menarik. Bagaimana film bergenre thriller psikologi ini begitu rapi dalam penggarapannya, mulai dari pengenalan tokoh-tokohnya yang tidak terlalu lama tapi cukup detail, yang membuat saya mengangguk-anggukan kepala di awal-awal film, sampai ketika sce

REVIEW - TRAIN TO BUSAN (2016)

Sinopsis: Korea dilanda serangan zombie . Ini bermula dari kebocoran sebuah pabrik yang menyebabkan kontaminasi kimiawi terhadap makhluk hidup, baik hewan juga manusia. Di sisi lain, ada sebuah kereta cepat yang menuju Busan. Tapi sayangnya, seorang wanita yang sudah terinfeksi memasuki kereta dan menggigit penumpang lain yang lantas ikut menjadi zombie , sehingga semakin banyak yang terinfeksi ketika kereta sudah berjalan. Terus bagaimana nasib para penumpang yang tidak terinfeksi? Bagaimana cara mereka menyelamatkan diri dari kereta yang sedang berjalan? Review: Ketika menonton salah satu film drama terbaik sepanjang masa "Before Sunrise", saya sangat ingin menyaksikan sebuah film yang dari awal sampai akhir didominasi latar di dalam kereta. Dan itu saya dapatkan di "Train to Busan". Namun ini bukanlah film drama romansa, melainkan sebuah thriller yang sangat memacu adrenalin! Yap! Setting film garapan Sang-ho Yeon ini 80-90 persen berada di dalam k