Langsung ke konten utama

REVIEW - SURAT DARI PRAHA (2016)








Sinopsis :
Laras mendapat warisan dari ibunya yang baru wafat tapi dengan satu syarat, yaitu dia harus membawa sebuah kotak berisi surat-surat kepada Jaya di Praha, Ibukota Republik Ceko. Tapi setibanya di sana, Jaya menolak untuk menerima kotak itu. Ada apa sebenarnya? Siapakah Jaya itu?

Review :
Di awal tahun ini rumah produksi Visinema Pictures yang sebelumnya sukses dengan dua filmnya, yaitu “Cahaya Dari Timur : Beta Maluku” dan “Filosofi Kopi” merilis film mereka berikutnya yang bertajuk “Surat Dari Praha”. Melihat trailer dan promosinya di instagram, dan juga track record Visinema Pictures yang tak pernah gagal menghasilkan film yang berkualitas, membuat saya memasukkan film ini ke dalam waiting list saya.

  
“Surat Dari Praha” adalah sebuah film cinta berbalut musikal ala Angga Dwimas Sasongko. Tapi ini bukan film cinta biasa, melainkan sebuah film cinta dengan dimensi yang berbeda.
Angga yang  terkenal piawai dalam “meletakkan” rasa di film-filmnya, juga berhasil memasukkan unsur tersebut di film “Surat Dari Praha” ini. Bagaimana kita akan terbuai dengan segala hal yang ditawarkan, baik secara teknis maupun non-teknis.

Secara teknis, kita akan mendapati semuanya berjalan dengan semestinya, dan tetap ala Angga Dwimas Sasongko. Bagaimana sinematografinya yang apik, menangkap setiap scene di apartemen, bar, cafĂ©, dan sudut-sudut Kota Praha dengan sangat baik. Banyak teknik pergerakan dan angle kamera yang tidak hanya sekedar “bermain aman”. Saluuut!

Selain sinematografinya, scoringnya juga mumpuni. Di samping musik instrumental yang menjadi backsound, seperti yang saya katakan tadi film ini berbalut musikal, yaitu kita akan mendapati beberapa lagu soundtrack yang menjadi backsong, bahkan dua lagu “Nyali Terakhir” dan “Sabda Rindu” dijadikan sebagai pendukung cerita dan dinyanyikan langsung oleh Julie Estelle dan Tio Pakusadewo di beberapa scene di dalam film. Ini yang membuat “Surat Dari Praha” menjadi berbeda, karena mengingat sudah lama rasanya saya tidak disuguhkan film Indonesia yang berbalut musikal seperti ini.


 Dan aspek-aspek teknis di atas dilengkapi dengan akting yang baik dari para castnya, ada Julie Estelle yang berperan sebagai Laras, Tio Pakusadewo sebagai Jaya, Rio Dewanto sebagai Dewa, dll. Semuanya memainkan perannya dengan baik. 
Dan yang menjadi sorotan adalah chemistry yang terjalin antara Laras (Julie Estelle) dan Jaya (Tio Pakusadewo) yang begitu “klik”. Mereka berdua jadi bintang di film ini. Laras dan Jaya adalah jiwa dan inti dari “Surat Dari Praha” Kita akan merasakan cinta, kepahitan, sampai ketegaran melalui dialog-dialog di antara mereka.

Dan terakhir yang menjadi kekuatan dari “Surat Dari Praha” adalah setting ceritanya yang diangkat dari kisah nyata, yaitu orang-orang Indonesia yang terbuang dan kehilangan status kewarganegaraannya karena dianggap haluan “kiri”, yaitu golongan yang menentang orde baru. Saya pribadi baru tahu tentang hal ini, dan mendapat sedikit pengetahuan tentang itu di film ini. Dan saya jadi bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang terbuang tersebut melalui karakter Jaya.

Lalu bagaimana kekurangannya? Apakah ada? Mmm…apa ya? Mungkin karena film ini lebih ke arah konflik internal atau konflik batin, jadi kalau tidak terlalu peka, film ini terkadang agak sedikit terasa flat karena pengemasan konfliknya.

Oh ya, dan satu lagi yang  menjadi kekurangan dari “Surat Dari Praha”, yaitu durasinya yang terlalu sebentar (hehehe), hanya sekitar 90 menit. Seandainya lebih lama, saya berharap ceritanya bisa lebih dieksplore atau ditambah dengan plot-plot yang menarik.



Well, “Surat Dari Praha” adalah film Indonesia yang wajib ditonton di awal tahun ini. Film yang tidak akan membuatmu kecewa. Another great work from Angga Dwimas Sasongko.

Score :
8/10


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW - CATCH ME IF YOU CAN (2002)

                                                         "Frank never went to flight school,        Frank never went to medical school,        Frank never went to law school,        ........ Because Frank is still in high school"                                                      Hahaha! kata-kata yang muncul di trailer "Catch Me If You Can" tersebut menunjukkan bagaimana kehebatan Frank Abagnale Jr. dalam melakukan aksi penipuannya. Bayangkan dia bisa jadi pilot, dokter, bahkan pengacara tanpa pernah sekolah di ketiga bidang tersebut, terlebih lagi mengetahui kalau dia masih bocah yang duduk di bangku SMA! Film ini sebenarnya udah lama keluar, tahun 2002. Tapi saya baru menontonnya beberapa waktu yang lalu karena dapat rekomendasi dari teman yang juga pecinta film. Saya langsung tertarik pas liat poster filmnya yang menunjukkan kalau Leonardo DiCaprio dan Tom Hanks yang jadi pemeran di dalamnya. Siapa yang tidak tergiur

REVIEW - IDENTITY (2003)

Sinopsis : Bercerita tentang 10 pengunjung motel dengan latar yang berbeda-beda. Mereka mengunjungi motel tersebut karena akses jalan di kota itu tertutup oleh banjir yang disebabkan hujan deras. Namun, pilihan mereka berbuah petaka, tiba-tiba satu per satu dari mereka mati secara misterius dan meninggalkan nomor dari angka 10, 9, 8, dan seterusnya seperti sebuah hitungan mundur. Apa yang terjadi? Siapakah pembunuhnya? Apakah orang lain atau salah satu di antara mereka? Review : Identity memiliki premis cerita yang sangat menarik. Itulah mengapa saya begitu penasaran dengan film ini. Lalu apakah eksekusinya berhasil? Dan bisa saya katakan, film ini sangat berhasil membuat premis ceritanya menjadi jalinan plot yang begitu menarik. Bagaimana film bergenre thriller psikologi ini begitu rapi dalam penggarapannya, mulai dari pengenalan tokoh-tokohnya yang tidak terlalu lama tapi cukup detail, yang membuat saya mengangguk-anggukan kepala di awal-awal film, sampai ketika sce

REVIEW - TRAIN TO BUSAN (2016)

Sinopsis: Korea dilanda serangan zombie . Ini bermula dari kebocoran sebuah pabrik yang menyebabkan kontaminasi kimiawi terhadap makhluk hidup, baik hewan juga manusia. Di sisi lain, ada sebuah kereta cepat yang menuju Busan. Tapi sayangnya, seorang wanita yang sudah terinfeksi memasuki kereta dan menggigit penumpang lain yang lantas ikut menjadi zombie , sehingga semakin banyak yang terinfeksi ketika kereta sudah berjalan. Terus bagaimana nasib para penumpang yang tidak terinfeksi? Bagaimana cara mereka menyelamatkan diri dari kereta yang sedang berjalan? Review: Ketika menonton salah satu film drama terbaik sepanjang masa "Before Sunrise", saya sangat ingin menyaksikan sebuah film yang dari awal sampai akhir didominasi latar di dalam kereta. Dan itu saya dapatkan di "Train to Busan". Namun ini bukanlah film drama romansa, melainkan sebuah thriller yang sangat memacu adrenalin! Yap! Setting film garapan Sang-ho Yeon ini 80-90 persen berada di dalam k