Sebelumnya saya ingin berbagi info sedikit tentang Gunung Everest ini,
Everest adalah gunung tertinggi di dunia dengan ketinggian 8.848 meter dan termasuk dalam seven summit. Seven Summit adalah tujuh gunung tertinggi dari tujuh benua yg berbeda di dunia (oh ya, Gunung Cartenz dari Indonesia termasuk juga di dalamnya loh dengan ketinggian 4.848 meter).
Tidak sembarang pendaki bisa sampai di puncak Everest, butuh tekad baja dan fisik yg kuat. Bahkan ada yg cuma tinggal 100 meter lagi buat sampai di puncak, harus turun dan rela mengubur impiannya karena fisik yang sudah tidak memungkinkan lagi, karena kalau tidak turun dengan segera, nyawa jadi taruhannya. Yup, Everest sudah banyak memakan korban jiwa, jadi jangan kaget buat yg pertama kali mendaki Everest akan melihat mayat-mayat berserakan begitu saja di sana. Medan yang sangat menantang membuat mayat sulit dan tidak sempat dikubur dgn baik, bahkan banyak yg hilang begitu saja dan tidak ditemukan mayatnya hingga saat ini. Tapi ada juga yg sempat dikubur saat itu juga atau dikubur beberapa waktu kemudian ketika ada temannya yg mendaki lagi Gunung Everest dan menemukan mayatnya. Menyeramkan?Ya! ada yg bilang rasio kematian disana 1 banding 4 pendaki.
Selain tekad baja dan fisik yg kuat, mendaki Gunung Everest membutuhkan dana yang sangat besar, butuh sekitar 600-700an juta rupiah buat memuaskan impian sampai di titik tertinggi dunia tersebut.
Oke, sekarang waktu buat mereview filmnya,
Film Everest mengangkat tragedi nyata yg terjadi pada tahun 1996. Sebuah tragedi memilukan yg menimpa beberapa kelompok ekspedisi ketika itu.
Everest adalah salah satu film bertabur bintang tahun ini, bayangkan Jake Gyllenhal hanya jadi aktor pendukung yg scenenya tidak terlalu banyak di film ini. Tapi tetap aktingnya memuaskan seperti biasanya.
Kekuatan film ini ada di sinematografinya, Salvatore Totino sang sinematografer berhasil menampilkan keindahan visual yang sangat memanjakan mata. Lumayan bagi yang penasaran bagaimana sih pemandangan di gunung Everest, bisa dilihat melalui film arahan Baltasar Kormakur ini.
Scoring dan sound editingnya juga mantap. Apresiasi terkhusus buat sound editingnya. Setiap gemuruh angin, kesunyian, guntur, petir, kilat, dll berhasil diciptakan dengan baik sekali dan terasa begitu nyata, membuat penonton bisa merasakan atmosfer di Gunung Everest.
Saking terbawanya, Saya yang nonton di layar 2D biasa saja sampai ikut kedinginan di tempat duduk saya, seperti merasakan apa yg dirasakan para pendaki yg susah payah buat sampai ke puncak.Wow! Apalagi teman-teman yang menontonnya di layar 3D maupun IMAX. Pasti jadi sebuah pengalaman menonton yang seru!
Kelemahan film ini mungkin di beberapa bagian agak terasa membosankan karena agak bertele2,dan juga kehilangan fokus di beberapa tempat. Dan entah kenapa bagi saya Everest agak sedikit kurang greget, mungkin disebabkan sutradara Kormakur berusaha menyampaikan kisah ini tanpa ada dramtisasi di sana sini.
Well, Everest salah satu film bertema survival yang bisa jadi pilihan buat ditonton tahun ini. banyak pelajaran dan pengetahuan yang bisa didapat.
Saya kasi nilai 8/10 buat Everest (y)
Komentar
Posting Komentar