Sinopsis :
Bercerita tentang Max Simkin (Adam Sandler), seorang tukang sol sepatu di salah satu sudut kota New York. Dia memiliki kehidupan yang sulit termasuk masalah finansial yang melilitnya. Belum lagi ayahnya yang hilang entah kemana dan hanya meninggalkan toko sepatu untuk Max kelola setiap hari. Hingga pada suatu hari ketika Max sedang bekerja memperbaiki sepatu pelanggannya, mesin jahit yang digunakannya rusak. Max lalu pergi ke gudang bawah tanah dan menemukan mesin jahit tua peninggalan ayahnya. Akhirnya dia menggunakan mesin tersebut untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Begitu selesai, Max iseng mencoba sepatu pelanggannya hasil dari mesin jahit tua ayahnya tersebut, lalu tiba-tiba suatu keajaiban terjadi! Max berubah secara fisik menjadi pemilik sepatu tersebut!
Review :
Tidak ada yang membuat saya melirik film ini kecuali karena premisnya yang begitu menarik. Premis yang membuat saya berimajinasi The Cobbler bakalan bisa dibawa kemana-mana dengan unsur komedi yang tidak bikin bosan penontonnya. Ditambah ada Adam Sandler yang sudah terkenal dengan film-film komedinya membuat saya punya ekspektasi lebih terhadap film garapan Tom McCarthy ini. Tapi ternyata saya dibuat kecewa begitu film ini selesai, ekspektasi saya yang tinggi menguap begitu saja. Apa yang membuat saya begitu kecewa? dan juga membuat para penonton di dunia kecewa di mana The Cobbler hanya mendapatkan skor 5,8/10 di IMBD dan 9% di Rotten Tomatoes. Rendah sekali.....
Sebenarnya film yang berdurasi 99 menit ini begitu menarik di awal-awal. Apalagi ketika Max berubah menjadi banyak orang karena mencoba berbagai sepatu para pelanggannya. Tapi begitu masuk ke pertengahan, nuansa The Cobbler berubah menjadi lebih gelap. Arah ceritanya jadi lebih ke dark, misterius, dan sedikit memunculkan unsur thriller di dalamnya. Bahkan endingnya pun dibuat dengan sentuhan twist.
Dan komedi yang menarik di awal-awal film perlahan mulai melemah yang membuat saya sudah tidak "lepas" lagi buat ketawa atau terhibur menontonnya.
Saya langsung berpikir kok jadi begini, hilang sudah subplot seru yang saya bayang-bayangkan sebelumnya. The Cobbler seperti kehilangan identitasnya yang sudah dibangun dari awal, seperti bingung film ini mau dibawa kemana, dan tentunya membuat saya jadi sulit buat menikmati film ini. The Cobbler ibarat membangun rumah mainan yang bagus dari lego tapi begitu sampai pertengahan lego nya diganti dengan daun-daun, yaaa nggak cocok dan merusak bangunan rumah tersebut.
Sebenarnya saya paham dengan maksud Tom McCarthy, dia bermaksud membuat The Cobbler bergenre drama yang dark dan menyentuh tapi dengan sentuhan komedi dan sedikit thriller yang berpadu secara harmonis di dalamnya, tapi apa daya eksekusinya gagal. Tom McCarthy terlalu terburu-buru dengan perpindahan alurnya, seharusnya dia bisa lebih "menikmati" agar perpindahan alurnya dapat berjalan dengan halus dan baik sehingga penonton bisa hanyut ke dalam ceritanya.
Untuk akting jajaran cast sih overall tidak ada masalah, tapi tentu semua perhatian tertuju pada sosok Adam Sandler yang akhir-akhir ini kariernya makin lesu saja. The Cobbler menjadi senjata selanjutnya buat menaikkan namanya lagi, dan menurut saya sih aktingnya tidak ada masalah, yaah walaupun juga tidak bisa dikatakan wah yang gimana. Tapi mau gimana pun juga filmnya yang gagal, otomatis membuat Adam Sandler pun gagal mengembalikan namanya yang sempat meredup. Dia harus kerja lebih keras lagi di film-filmnya yang selanjutnya kalau mau namanya diperhitungkan lagi di dunia perfilman Hollywood.
Akhir kata saya kecewa dengan The Cobbler. Seandainya Subplot ceritanya bisa dibuat lebih luas dan menarik lagi. Seandainya The Cobbler bisa lebih padu lagi dalam memadukan unsur-unsur emosi yang ada di dalamnya. Seandainya...seandainya...seandainya...terlalu banyak seandainya setelah saya menonton film ini. Sangat...sangat disayangkan premisnya yang mahal terbuang cuma-cuma begitu saja. Seandainya bisa dibuat ulang ya filmnya, kan jadi seandainya lagi.
Maaf ya The Cobbler, saya hanya bisa kasi nilai 6/10 :(
Komentar
Posting Komentar